Wa Yabqaa Wajhu Rabbika dzul Jalaali wal Ikram

Wa Yabqaa Wajhu Rabbika dzul Jalaali wal Ikram

damainya dirasa........

damainya dirasa........

24 Agustus 2009

boekittinggi from the sky

Peta Bukittinggi 2007

makalah tes uraian

BAB I
PENDAHULUAN

Pujian dan kesyukuran hanyalah milik Allah yang telah memberikan nikmat hidup dalam naungan Islam sehingga penulis dapat kesempatan untuk menyelami luasnya lautan ilmu untuk kemajuan diri dan agama. Shalawat dan salam teruntuk kepada Nabi Muhammad Saw sebagai pusat intelegensi dan sumber inspirasi serta ahli edukasi di dunia ini.
Evaluasi pendidikan merupakan bagian urgen dalam proses belajar mengajar karena posisinya sebagai pengukur sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai secara bersama-sama oleh guru dan anak didik. Salah satu bentuk evaluasi yang berkembang dan telah dilaksanakan di sekolah-sekolah adalah evaluasi dengan tes uraian.
Tes uraian atau tes subjektif sudah dikenal lama dalam dunia evaluasi pendidikan. Metode ini memiliki banyak kelebihan dan juga ada kekurangannya. Untuk mengetahui hal tersebut, maka penulis akan menyajikannya dalam makalah yang sederhana ini. Semoga bisa didiskusikan lebih lanjut secara bersama-sama.








BAB II
PEMBAHASAN
TES URAIAN (TES SUBYEKTIF)


A. Pengertian Tes uraian
Tes subyektif pada umumnya berbentuk essay examination (uraian), yang merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua.[1] Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, menghubungkan pengertian-pengertian, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tes ini dituntut kemampuan siswa dalam hal mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi. Dalam hal inilah kekuatan atau kelebihan tes essay dari alat penilain lainnya.
Adapun cirri-ciri pertanyaan dari tes uarain adalah didahului dengan kata-kata seperti : uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan dan sebagainya. Dan soal dalam bentuk tes ini biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah soal dalam waktu kira-kira 90 s/d 120 menit.
Sejak tahun 1960-an bentuk tes ini banyak ditinggalkan orang karena munculnya bentuk tes obyektif. Dan ada semacam kecenderungan dikalangan para pendidik dan guru untuk kembali menggunakan tes uraian sebagai alat penilain hasil belajar, terutama di perguruan tinggi, disebabkan oleh beberapa hal, antara lain ialah:
a. Adanya gejala menurunnya hasil belajar atau kualitas pendidikan di perguruan tinggi yang salah satu di antaranya berkenaan dengan penggunaan tes objektif.
b. Lemahnya para mahasiswa dalam menggunakan bahasa tulisan sebagai akibat penggunaan tes objektif yang berlebihan.
c. Kurangnya daya analisis para mahasiswa karena terbiasa dengan tes objektif yang memungkin kan mereka main tebak jawaban manakala menghadapi kesulitan dalam menjawabnya.
Kondisi seperti ini sangat menunjang penggunaan tes uaraian di perguruan tinggi akhir-akhir ini dengan harapan dapat meningkatkan kembali kualitas pendidikan di perguruan tinggi. Tes uraian dalam banyak hal ini mempunyai kelebihan daripada tes objektif, terutama dalam hal meningkatkan kemampuan menalar di kalangan mahasiswa dan siswa. Karena melalui tes ini para mahasiswa dapat mengungkapkan aspek kognitif tingkat tinggi seprti analisi – sintesis – evaluasi, baik secara lisan maupun secara tulisan. Siswa juga dibiasakan dengan kemampuan memecahkan masalah (problem solving), mencoba merumuskan hipotesis, menyusun dan mengekspresikan gagasannya, dan menarik kesimpulan dari pemecahan masalah.
Tes uraian ini memiliki kekhususan dalam penggunaannya, yaitu :
1) Apabila jumlah peserta ujian relatif sedikit
2) Apabila waktu penyusunan soal terbatas
3) Biaya dan tenaga untuk mengadakan soal tidak memadai, waktu untuk melakukan pemeriksaan hasil cukup panjang
4) Apabila tujuan tes untuk mengukur kemampuan berfikir analitik, sinetik, dan evaluatif
5) Apabila pendidik ingin mengukur kemampuan dan kekayaan bacaan peserta didik
6) Apabila pendidik ingin melihat kemampuan fantasi dan imajinasi peserta didik.

B. Kelebihan dan Kelemahan Tes Uraian
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan atau keunggulan tes uraian ini antara lain adalah :
a) Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi.
b) Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tulisan, dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa
c) Dapat melatih kemampuan berfikir teratur atau penalaran, yakni berfikir logis, analtis, dan sistematis
d) Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving)
e) Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berfikir siswa.
Dilain pihak kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam tes ini antara lain adalah :
Ø Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai
Ø Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh skop bahan pelajaran yang akan di tes karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas)
Ø Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsure-unsur subyektif
Ø Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai
Ø Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
Dan adapun petunjuk penyusunan soal dalam tes ini adalah :
v Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang di teskan, dan kalau mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif
v Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau catatan
v Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman penilainnya
v Hendaknya diusahakan agar pertanyaannya bervariasi antara jelaskan, mengapa, bagaimana, seberapa jauh, agar dapat diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap bahan
v Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh yang akan menjawab
v Hendaknya ditegaskan midel jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes. Untuk ini pertanyaan tidak boleh terlalu umum, tetapi harus spesifik.

C. Jenis-jenis tes uraian
1) Uraian bebas
Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung pada pandangan siswa itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh isi pertanyaan uraan bebas sifatnya umum. Contoh pertanyaan bebtuk uraianbebas adalah sebagai berikut:
· Coba saudara jelaskan sebab-sebab terjadinya pertumbuhan penduduk yang cepat?
· Apa yang saudara ketahui tentang NKKBS?
· Mengapa pertumbuhan penduduk berpengaruh terhadap kwalitas hidup manusia?
Melihat karakteristiknya, pertanyaan bentuk uraian bebas ini tepat digunakan apabila bertujuan untuk:
a) Mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu masalah sehingga dapat diketahui luas dan intensitasnya.
b) Mengupas suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya beraneka ragam sehingga tida ada satupun jawaban yang pasti.
c) Mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu persolan dari berbagai segi atau dimensinya.
Kelemahan tes ini ialah sukar menilainya karena jawaban siswa bisa berfariasi, sulit menentukan kriterian penilaian sangat subjektif karena bergantung pada guru sebagai penilainya.
2) Uraian terbatas
Dalam bentuk tes ini pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal tertentu atau ada pembatasan tertentu. Pembatasan ini bisa dari segi ruang lingkupnya, sudut pandang menjawabnya dan indicator-indikatornya. Adapun contoh pertanyaan uraian terbatas ini adalah:
v Coba saudara jelaskan tiga faktor pertumbuhan penduduk!
v Apa makna NKKBS ditinjau dari aspek jumlah anak dalam suatu keluarga?
v Bagaimana hubungan pertumbuhan penduduk dengan kwalitas hidup manusia dalam hal ekonomi, pendidikan dan kesehatan?
3) Uraian terstruktur
Soal berstruktur dipandang sebagai bentuk antara soal-soal objektif dan esai. Soal berstruktur merupakan serangkaian soal jawaban singkat sekalipun bersifat terbuka dan bebas menjawabnya. Soal berstruktur berisikan unsure-unsur pengantar soal, seperangkat data,dan serangkaian subsoal.
Keuntungan soal bentuk berstruktrur antara lain ialah :
Satu soal bisa terdiri dari atas beberapa subsoal atau pertanyaan.
Setiap pertanyaan yang diajukan mengacu kepada suatu data tertentu sehingga lebih jelas dan terarah.
Soal-soal berkaitan satu sama lain dan bisa diurutkan berdasarkan tingkat kesulitannya.
Data yang diajukan dalam soal berstruktur bisa berupa angka, tabel, grafik, gambar, bagan, kasus, bacaan tertentu, diagram, model dan lain-lainnya

D. Menyusun Soal Bentuk Uraian
Agar diperoleh soal-soal bentuk uraian yang dikatakan memadai sebagai alat penilaian hasil belajar, hendaknya diperhatikan hal-hal berikut :
1) Dari segi isi yang diukur
Segi yang hendak diukur hendaknya ditentukan secara jelas abilitasnya, misalnya pemahaman konsep, aplikasi suatu konsep, analisis suatu permasalahan, dan aspek kognitif lainnya.
2) Dari segi bahasa
Gunakan bahasa yang baik dan benar sehingga mudah diketahuimakna yang terkandung dalam rumusan pertanyaan. Bahasanya sederhana, singkat, tetapi jelas apa yang ditanyakan. Hindari bahasa yang berbelit-belit membingungkan atau mengecoh siswa.
3) Dari segi teknis penyajian soal
Hendaknya jangan mengulang-ulang pertanyaan terhadap materi yang sama sekalipun untuk abilitas yang berbeda sehingga soal atau pertanyaan yang diajukan lebih komprehensif daripada segi lingkup materinya
4) Dari segi jawaban
Setiap pertanyaan yang hendak diajukan sebaiknya telah ditentukan jawaban yang diharapkan, minimal pokok-pokoknya. Tentukan pula besarnya skor maksimal untuk setiap soal yang dijawab benar dan skor minimal bila menjawab dianggap salah atau kurang memadai.

Mengingat sifat tes uraian lebih mengutamakan kekuatan (power tests), bukan kecepatan (speed tests), maka dalam pelaksanaan tes ini hendaknya diperhatikan hal-hal berikut :
ü Berilah waktu yang cukup kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal tersebut. Dengan demikian siswa dapat mengungkapkan jawabannya tanpa terburu-buru.
ü Berikan kemungkinan kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal yang mudah terlebih dahulu tanpa harus mengikuti urutan nomor soal.
ü Awasi pengerjaan soal oleh para siswa sehingga mereka bekerja sendiri tanpa bekerja sama dengan siswa lain.
ü Dalam hal tertentu, jika dipandang perlu, berikan soal-soal uraian yang memperbolehkan siswa membuka buku dan catatan pelajarannya. Biasanya soal-soal yang mengungkapkan aplikasi suatu konsep, pemecahan masalah suatu masalah, menarik suatu generalisasi dapat diberikan kepada siswa dengan memperolehkan membuka buku dan catatan lainnya.
ü Setelah semau siswa selesai mengerjakan soal, ada baiknya guru menjelaskan jawaban setiap soal sehingga para siswa mengetahuinya sebagai bahan dan untuk memperkaya pemahaman mereka mengenai bahan atau materi pelajaran.

E. Pemeriksaan, Skoring. dan Penilaian Tes Uraian
Memeriksa jawaban soal-soal uraian tidak semudah tes objektif sekalipun telah ada kunci jawabannya. Setiap jawaban soal uraian harus dibaca seluruhnya sebelum diberi skor sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
Ada dua cara pemeriksaan jawaban soal uraian yaitu :
o Diperiksa seseorang demi seorang untuk semua soal, kemudian diberi skor.
o Diperiksa nomor demi nomor untuk semua siswa. Artinya diperiksa terlebih dahulu nomor satu untuk semua siswa, kemudian diberi skor, dan setelah selesai baru soal nomor dua dan seterusnya.
Skoring bisa digunakan dalam berbagai bentuk, misalnya skala 1-4 atau 1-10, bahkan bisa pula skala 1-100. Namun, yang paling umum digunakan adalah 1-4 atau 1-10. Dengan demikian, guru tidak memberi angka nol terhadap jawaban yang salah.
Dalam menilai kebenaran jawaban soal-soal bentuk uraian dipertimbangkan beberapa aspek, antara lain adalah :
§ Kebenaran isi sesuai dengan kaidah-kaidah materi yang ditanyakan
§ Sistematika atau uraian logis dari kerangka berfikirnya yang dilihat dari penyajian gagasan jawaban
§ Bahasa yang digunakan dalam mengekspresikan buah pikirannya.
Sistem penilaian yang digunakan untuk soal-soal uraian pada dasarnya sama dengan soal bentuk lainnya, yakni dapat menggunakan penilaian :
a. Penilaian acuan norma, dimana siswa diberi skor tinggi sekalipun jawabannya kurang memuaskan.dan ini bermaksud untuk mendorong motivasi siswa terhadap penggunaan tes uraian dan membiasakan mereka dengan soal bentuk uraian. Dan penggunaan acuan norma yang terus menerus dan berlebihan juga ada kelemahannya, yakni kurang meningkatnya hasil pendidikan.
b. Penilaian acuan patokan, dimana jawaban yang tidak benar dinilai rendah dan kriteria keberhasilan masih jauh dari jangkauan dan bisa menyebabkan kegagalan siswa.




















BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan

Tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, menghubungkan pengertian-pengertian, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.
Tes uraian ini memiliki kekhususan dalam penggunaannya, yaitu : apabila jumlah peserta ujian relatif sedikit, apabila waktu penyusunan soal terbatas, biaya dan tenaga untuk mengadakan soal tidak memadai, waktu untuk melakukan pemeriksaan hasil cukup panjang, apabila tujuan tes untuk mengukur kemampuan berfikir analitik, sinetik, dan evaluatif, apabila pendidik ingin mengukur kemampuan dan kekayaan bacaan peserta didik, dan apabila pendidik ingin melihat kemampuan fantasi dan imajinasi peserta didik.
Tes uraian memilika kelebihan di antaranya: Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi, dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tulisan, dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa, dapat melatih kemampuan berfikir teratur atau penalaran, yakni berfikir logis, analtis, dan sistematis, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving), adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berfikir siswa.
Selain itu terdapat juga kekurangan dari tes uraian ini yaitu, Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai, kurang representatif dalam hal mewakili seluruh skop bahan pelajaran yang akan di tes karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas), cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsure-unsur subyektif, dan pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai.
B. Saran-saran
Makalah sederhana ini memiliki banyak kekurangan dan sangat terbuka untuk didiskusikan kembali secara bersama-sama. Oleh itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca agar bias lebih sempurna.



Daftar Kepustakaan
Arikunto, Suharsini, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1997
Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999
Thoha, Habib, Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996

[1] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung :PT Remaja Rosdakarya, 1999.h. 35

ar rayyan keren

Aulad Q di ASPA III Dinasty Ar-Rayyan Best 910


1.
Abdul Latif Tarmizi
Latif
Batusangkar, 03 Feb ‘95
9e
Batusangkar
Drs. Tarmizi Ahmad
2.
Aditio Alif Junio
Tio
Lubuk Alung, 29 Juni ‘95
9f
Lubuk Alung
Amardi Fauzi
3.
Afdhal Zikri
Afdhal
Pariaman, 29 April ‘95
9d
Pakanbaru
Andi Gusmanti
4.
Agung Habdillah
Agung
Lb. Alung,
9d
Lubuk Alung

5.
Ahmad Afif
Afif
Batusangkar, 21 Agus ‘95
9b
Batusangkar
Drs. Hafulyon, MM
6.
Ahmad Dinul Haq
Dinul
Pasaman, 05 Sept ‘95
9d
Pasaman Timur
Drs. Edi Ahmad, M. Si, MA
7.
Ahmad Shani Maulana T.
Sani
Bukittinggi, 09 Agus ‘95
9c
Batusangkar
T. Idris
8.
Alfitra Libelnedo
Edo
Batusangkar, 15 Nov ‘94
9b
Batusangkar
maswardi
9.
Azhari Seftri Ilham
Aboy
Ombilin, 04 Sept ‘95
9a
Ombilin
Syahrial
10.
Fajri Fahmi
Fahmi
Sijujung, 15 Jan ‘95
9d
Sijunjung
Tasril
11.
Farisyal Umar
Ari
Muaro Bungo, 27 Feb ‘96
9c
Muaro Bungo
Umar N.
12.
Fauzul Azmi
Zul
Padang, 07 Okt ‘94
9b
Dharmasraya
Arzal
13.
Fikri Arifqi
Fikri
Sawahlunto, 04 Okt ‘95
9f
Sijunjung
Drs. Aguswardi
14.
Firman Hidayat
Firman
Paninggahan, 26 Nov ‘94
9f
Singkarak
M. Yunus
15.
Fisyaiful Amir
Iif
Lb. Basung, 26 Juni 1995
9f
Lubuk Basung
Efnita
16.
Gery Syaputra
Geri
Batusangkar, 08 Mei ‘95
9b
Dharmasraya
H. Syafril
17.
Habib Budiman Agung
Habib
Padang, 11 Sept ‘95
9c
Lubuk Alung
Aliasmi, S. Sos
18.
Ikhsan Primatra
Ihsan
Lubuk Basung, 25 Apr ‘95
9f
Pasaman Barat
Effendi, SE, MM
19.
Ikhwal Budiman
Awal
Kamang, 18 Okt ‘95
9d
Kamang
Armen
20.
Ilham Bima Sakti
Be Es
Padang, 31 Agus ‘94
9f
Pasaman Barat
Akmal
21.
Ilham Saputra
Ilham
Solok, 09 Jan ‘95
9b
Solok
Syupratman







22.
Kurniawan Al Fajri
Iwan
Pariaman, 23 Sept ‘94
9a
Lubuk Alung
Elda Husniwar
23.
Luthfi Kurniawan Joshi
Lutfi
Bukittinggi, 13 Okt ‘95
9e
Bukittinggi
Jonkhalis
24.
Luthfiy Muhaimin
Lutfi
Padang, 17 Agus ‘95
9f
Padang
Muhibultibri
25.
Muhammad Syukra
Syukra
Bukittinggi, 07 Okt ‘94
9a
Pasaman Barat
Isramal
26.
M. Wilden Jefti Justice
Dede
Bukittinggi, 20 Juli ‘95
9e
Agam
Drs. Jefferson,SH
27.
Ozi Rahmat Firdaus
Ozi
Jambi, 01 Mei ‘95
9e
Dhamasraya
Zalmisrel
28.
Rahmat Hanif
Hanif
26 Maret ‘94
9a
Payakumbuh
Tasman
29.
Randy Yemigoe
Randi
Solok, 19 Mei ‘95
9b
Maninjau
Yeflis
30.
Richardo Yolanda
Cardo
Palangki, 20 Jan ‘95
9a
Sijunjung
Jairun Nada, SH
31.
Rivaldo Septrianto
Valdo
Padang, 08 Sept ‘95
9c
Batusangkar
Doni Afriandi
32.
Teguh Satria Kurniawan
Teguh
Pulau Punjung, 28 Sept ‘95
9f
Dharmasraya
Nasrul
33.
Wahyu Fitra
Wahyu
Padang, 03 Mar ‘95
9d
Damasraya
Martius
34.
Windo Putra Pratama
Windo
Pasbar, 30 Mei 1995
9a
Pasaman
Mursal
35.
Wisba Hafifan
Ivan
Lubuk Sikaping, 24 Feb ‘95
9a
Pasaman
Bakhtiar
36.
Yogi Hadi Yumitra
Yogi
Simabur, 25 Okt ‘95
9f
Solok
Misnawati